Iwan Dharmawan (chikebum)
Sekolahnya terhenti di kelas dua SMP.
Setidaknya begitulah pengakuan pemuda asal Jakarta ini. Namun,
“prestasi” salah satu pentolan kelompok Antihackerlink ini cukup
mengagumkan. Ia pernah membobol aneka server dengan domain .au, .id,
.kr, .tw, .edu, dan .com. Selain Toserba Matahari, Perusahaan Listrik
Negara pernah menjadi korbannya. Sebelum beraksi, ia mengirim peringatan
kepada pengelola situs yang ia bidik agar menambal lubang kelemahan
sebelum dibobol orang. “Bila peringatan ini diabaikan, ya sudah, saya
bobol sendiri untuk pelajaran,” tulis chikebum, yang dilengkapi emoticon
J alias senyum lebar, dalam wawancara via e-mail dengan TEMPO.
Iwan mengenal komputer pada usia 15
tahun setelah putus sekolah. Kegandrungan pertamanya adalah merancang
situs dengan menggunakan Java Script atau DHTML (dynamic hypertext
mark-up language)?jenis-jenis bahasa pemrograman. Urusan bobol-membobol
situs pun ia kenal melalui internet. Awalnya, Iwan mengaku penasaran
terhadap cara kerja surat elektronik. Setelah Iwan “berbelanja” di
pelbagai kanal, akhirnya ada yang menganjurkan agar ia belajar jaringan
komputer yang menggunakan sistem operasi Unix dan Linux, yang amat
menggelitik rasa ingin tahunya. Dan ia mulai mengutak-atik sistem
keamanan situs orang lain.
Remaja yang kerap nongkrong di Kafe
Jalan-Jalan di Kuningan, Jakarta Selatan, ini mengaku sering merasa
sebal terhadap pembobol yang asal tembak. Iwan mencontohkan, ada hacker
yang gemar mengutak-atik halaman depan satu situs (melakukan deface)
tapi tak bisa mengembalikannya seperti semula.
Wenas Agusetiawan (hC- atau hantucrew)
Setahun lalu, Singapura digegerkan aksi
pemuda asal Malang ini. Wenas?saat itu berusia 16 tahun?ditangkap aparat
yang berhasil mengendus jejaknya
seusai ia membobol situs Data Storage Institute, Singapura. Selama persidangan, beberapa teman Wenas yang tergabung dalam Antihackerlink
membobol tiga situs dengan domain .sg atau Singapura sebagai tanda protes. Wenas sendiri, karena masih remaja, akhirnya tak dikenai hukuman badan, tapi ia harus membayar denda senilai Rp 75 juta. “Wah, itu kenangan terburuk yang sudah saya lupakan,” Wenas menulis dalam e-mail kepada TEMPO.
seusai ia membobol situs Data Storage Institute, Singapura. Selama persidangan, beberapa teman Wenas yang tergabung dalam Antihackerlink
membobol tiga situs dengan domain .sg atau Singapura sebagai tanda protes. Wenas sendiri, karena masih remaja, akhirnya tak dikenai hukuman badan, tapi ia harus membayar denda senilai Rp 75 juta. “Wah, itu kenangan terburuk yang sudah saya lupakan,” Wenas menulis dalam e-mail kepada TEMPO.
Musibah di Singapura itu membuatnya
betul-betul “tobat”. Padahal, anak bungsu dari dua bersaudara ini
tadinya tergolong amat badung dalam aksi-aksi pembobolan. Pelbagai
situs, baik di dalam maupun di luar negeri, enteng saja ia jebol. Wenas
punya kebiasaan unik dalam beraksi: saban kali menjebol situs lokal, ia
selalu menyerukan pembubaran Hackerlink pimpinan Edy Liu?salah seorang
hacker yang membuat Wenas kesal. Alasannya, Hackerlink dianggapnya
melakukan kegiatan komersial, yakni berjualan Linux di situs mereka.
Wenas yang punya hobi main catur ini
belajar komputer sejak berumur 12 tahun. Dasar berbakat, jurus-jurus
pembobolan bisa ia kuasai dalam waktu dua tahun.
Sebelum mendirikan Antihackerlink, Wenas
pernah menjadi anggota Hackerlink dan Kecoak Elektronik. Saat ini,
Wenas sudah meninggalkan Antihackerlink. “Waktu itu saya masih kecil dan
nakal, bisanya cuma merusak jaringan, he-he-he?,” Wenas menjelaskan.
Kini, pemuda yang sedang bersiap-siap
kuliah di Vancouver, Kanada, ini mengaku aktif di lembaga riset yang
tergolong organisasi white hat, organisasi yang bekerja untuk memajukan
pengetahuan tentang keamanan jaringan. “Doakan saya supaya bisa membantu
Indonesia yang sedang kacau,” remaja ini menulis dalam surat
elektroniknya kepada TEMPO.
Rummy Taulu (cyberbug atau cbug)
Bila ada pembobol yang bisa digolongkan
sebagai aktivis, Rummy Taulu adalah salah satunya. Senior di Kecoak
Elektronik?kelompok pembobol situs?ini acap melakukan aksi pembobolan
bernuansa politis bersama rekan-rekannya selama rezim Soeharto masih
berkuasa. Situs Markas Besar Kepolisian RI, Badan Pemeriksa Keuangan,
dan Golkar mereka acak-acak. Di tampilan situs yang telah porak-poranda,
mereka mencantumkan sejumlah tuntutan, antara lain penurunan harga,
pelepasan tahanan politik, dan penggantian presiden. Kegiatan Kecoak
turut redup setelah Soeharto turun. Dari mana Rummy menimba ilmu
membobol?
Lelaki berusia 36 tahun ini belajar
komputer secara otodidak. Pada 1988, ia mulai mengajar aplikasi komputer
di sebuah lembaga kursus di Manado. Karena ingin lebih banyak
mempelajari sistem operasi Linux, ia bergabung dengan kelompok Kecoak.
Saat ini, pekerjaan utama Rummy adalah menjadi pegawai Warung Internet
Nikita di Manado. Tadinya gemar membobol, Rummy kini aktif melakukan hal
yang sebaliknya: menangkal serbuan pembobol.
Alhasil, ayah satu anak yang
mengidolakan Linus Torvalds?penemu Linux?ini kini sering disewa
perusahaan dalam ataupun luar negeri untuk mengamankan jaringan komputer
mereka. Rummy, yang kini mengajar di Universitas De La Salle Manado,
juga aktif sebagai konsultan. Ia menjadi pengasuh konsultasi seputar
keamanan server di media online detik..com.
Prasodjo dari www.gauli.com
Berburu lubang dahulu, menawarkan jasa
kemudian. Pemeo inilah yang boleh jadi dipakai Prasodjo dan 70 rekannya
yang tergabung dalam www.gauli.com. Kelompok
pembobol situs ini bermarkas di Bandung. Anggota kelompok ini rata-rata
punya tujuh spesialisasi (jaringan, pemrograman, desain, analisis
sistem, permainan, peranti lunak/keras, serta penerapan sistem). Salah
satu kegiatan mereka adalah masuk ke situs orang lain untuk menemukan
kelemahan. Setelah itu, mereka menawarkan jasa untuk mengamankan situs
tersebut. Dengan cara ini, puluhan perusahaan sudah menjadi klien
mereka. “Tapi kami tak pernah merusak satu situs dulu untuk mendapat
klien,” kata Prasodjo, 30 tahun. Pria ini juga mengajardi salah satu
lembaga pendidikan komputer di Bandung.
Prasodjo gemar menyusup di jaringan maya
sejak masih kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung. Sukses
membobol situs pertama, Prasodjo mulai ketagihan. Kepada TEMPO, ia
mengaku tak pernah merusak atau mencuri data apa pun dari situs yang
bisa dijebolnya. Sampai saat ini, Prasodjo
mengaku sudah sukses menembus puluhan situs.
mengaku sudah sukses menembus puluhan situs.
S’to dan Ruth dari www.jasakom.com
Muda, cerdas, dan ambisius. Itulah gambaran S’to dan Ruth?sebut saja begitu?dua orang berusia 28 tahun. Keduanya mengelola www.jasakom.com?perusahaan yang menawarkan jasa keamanan jaringan. Cara kerja mereka mirip Prasodjo dari www.gauli.com,
yang gemar berselancar di situs orang lain untuk menemukan
lubang-lubang kelemahan. Hasilnya? Kedua alumni Jurusan Teknik
Informatika Bina Nusantara, Jakarta, ini berhasil menangguk sejumlah
klien.
Kegiatan berbisnis kedua pemuda ini
membuat geram para pembobol yang tak punya motif bisnis. Alhasil, situs
mereka pernah diserbu oleh kelompok Antihackerlink.
S’to dan Ruth tak mengelak mengenai masa
lalu mereka: keduanya memulai aksinya dari kejahilan semata. Setelah
bosan, S’to dan Ruth mengaku ingin melakukan sesuatu yang lebih positif.
Dua anak muda ini kemudian mendirikan kelompok Jasakom dengan lima
rekan mereka.
Agar menarik minat pelanggan, mereka
sering memunculkan kelemahan sebuah situs yang habis mereka “kunjungi”.
Tujuannya adalah menyadarkan pemilik situs. Namun, tak jarang pemilik
situs memprotes tindakan mereka karena cemas terhadap serangan hacker
iseng yang ingin menangguk ilmu secara gratis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar